Seperti di Abu Dis, mural Che tergambar di tembok yang memisahkan
Palestina dengan wilayah Yerussalem Timur yang diklaim oleh Israel.
Bagaimana Che begitu berkesan di Palestina?
Tahun 1959, hanya 4 bulan setelah Revolusi Kuba, tepatnya 18 Juni 1959,
Che dan Raul Castro mengunjungi Jalur Gaza. Di sana dia bertemu dengan beberapa
tokoh pejuang Palestina. Diantaranya Abdullah Abu Sitta, pemimpin Fedayeen.
Tidak hanya itu, Che juga mengunjungi beberapa kamp pengungsi Palestina.
Konon dia disambut dengan nyanyian-nyanyian Revolusi Kuba. Di sana dia
menyaksikan kemiskinan dan kesulitan hidup rakyat Palestina yang terusir dari
tanah dan rumahnya.
Saat kunjungan singkat itu, Che sempat berbagai pengalaman dan strategi
perjuangan dengan pejuang-pejuang Palestina. Konon, dia juga menjanjikan
bantuan senjata bagi pejuang-pejuang Palestina yang disebut “Fedayeen”.
Tak lama setelah kunjungan itu, dukungan Kuba terhadap Palestina
meningkat. Sejumlah mahasiswa Palestina mendapat kesempatan belajar di Kuba.
Tidak hanya itu, Kuba makin nyaring membawa isu Palestina di forum-forum
internasional.
Tahun 1966, di Konferensi Tiga Benua di Havana, yang melibatkan
negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin-Karibia, Fidel Castro menyerukan
solidaritas dan sebuah konferensi khusus untuk membantu rakyat Palestina.
Di tahun awal 1960-an, Kuba punya andil dalam membantu lahirnya
organisasi perlawanan Palestina, termasuk Gerakan Pembebasan Nasional Palestina
(FATAH). Beberapa pejuang FATAH mendapat pendidikan politik dan militer dari
Kuba.
Kemudian, pada 1964, Kuba juga menyokong pendirian organisasi payung,
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Tidak hanya itu, Kuba membuka jalur
diplomatik dengan para pemimpin PLO, termasuk Yasser Arafat. Dan sepuluh tahun
kemudian, Arafat berkunjung ke Havana, Kuba.
Di tahun 1967, berdirilah organisasi politik berhaluan marxis, yakni
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Organisasi yang didirikan oleh
George Habash ini malah menjadikan Che sebagai salah rujukan pemikiran dan
strategi perjuangannya.
Tahun 1973, setelah perang Ramadan antara koalisi Arab dan Israel, Kuba
memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Tak lama kemudian, kedutaan
Palestina dibuka di Havana.
Tahun 1975, Kuba menjadi satu-satunya negara Amerika latin yang
menyokong resolusi PBB nomor 3379, yang menyebut zionisme sebagai bentuk
rasisme dan diskriminasi rasial. Juga mengakui PLO sebagai “peninjau” di PBB.
Di Palestina sendiri, api perjuangan
Che menginspirasi pejuang-pejuang Palestina. Di Gaza, muncul grup bersenjata
yang berafiliasi di bawah PLPF, yakni Unit
Komando Che Guavara atau Brigade
Che Guevara.
Shadia Abu Ghazaleh, perempuan Palestina pertama yang menjadi martir
dalam perjuangan bersenjata di tahun 1968, adalah anggota dari grup ini. Shadia
sendiri sangat terpengaruh oleh pikiran-pikiran Che, terutama soal keharusan
perjuangan bersenjata dalam pembebasan Palestina.
Selain itu, seorang aktivis PFLP yang memimpin perlawanan di Jalur Gaza,
Mohammad al-Aswad, sering disebut sebagai “Guevara Gaza”, karena keberaniannya
dalam berbagai pertempuran dengan militer Israel. Dia gugur dalam sebuah
pertempuaran sengit di tahun 1973.
Hingga hari ini, Che masih menjadi salah satu suluh untuk perjuangan
pembebasan Palestina. Banyak organisasi pembebasan palestina, terutama PFLP,
DFLP (Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina), dan Partai Rakyat
Palestina, selalu memperingati hari tertangkapnya Che di Bolivia, 8 Oktober,
sebagai “Hari Pahlawan Gerilya”.
“Di Palestina, spirit Che Guevara,
tekadnya untuk pembebasan, bangkit di jalan-jalan tanah yang terduduki,” tulis
PFLP dalam siaran pers memperingati Hari
Pahlawan Gerilya.
Dan hari ini, gambar Che Guevara
dalam balutan kaffiyeh—kain syal bermotif
kotak-kotak dan dipakai sebagai penutup kepala—di lehernya dan dengan
mengangkat dua jari membentuk huruf “V”, disertai tulisan “Palestine Libre”,
akrab di kaos-kaos pemuda Palestina.
“Dia bukan model untuk semua
Palestina. Yang paling mengaguminya banyakan orang-orang kiri. Tetapi kami yang
berjuang dalam intifada terinspirasi olehnya. Ia ada dalam perjuangan dan
setiap kami,” kata Abu Nada, seorang pemuda Palestina, seperti dikutip gulfnews.com.
Memang tidak semua pejuang Palestina terinspirasi oleh Che Guevara.
Tetapi dia adalah tokoh nan jauh dari luar Palestina, dari belahan dunia
Amerika Latin sana, yang hadir menyemangati perjuangan rakyat Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar